Benarkah Dukun Mengetahui Perkara Ghaib?
Oleh Muhammad Abdurrahman Al Khumayyis
Insya Allah ringkasan berikut, dapat menjadi pengetahuan dan pedoman kita meluruskan aqidah secara benar. Kami nukilkan dari majalah Al Ashalah Edisi Dzulhijjah 1416 H, artikel yang berjudul ‘Ilmul Ghaib Wa Ahwal Kuhanah Wal ‘Arafin, Ditulis Oleh : Muhammad Abdurrahman Al Khumayyis. Juga kami sertakan ulasan singkat Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, yang dinukil dari Majmu’ Fatawa, Jilid 1 hal. 67. Semoga bermafaat. (Redaksi).
Biarpun
dunia telah memasuki zaman millennium, yang kata orang sebagai zaman serba
canggih dengan segala perangkatnya. Ternyata tidak sedikit orang yang terjebak
dan mempercayai permainan omong kosong apa yang disebut dengan nama ‘dukun’.
Ada yang menyebutnya dengan istilah ‘orang pintar’, paranormal maupun tukang
ramal nasib. Yang dipercayai dapat mengetahui nasib seseorang atau perihal ghaib
lainnya. Bukankah hal itu tidak lebih sebagai tipu daya belaka terhadap pasien
atau orang-orang yang bertanya dan mempercayai kepadanya. Lantas, bagaimanakah
sang dukun mengetahui hal yang ghaib? Apakah hal-hal ghaib bisa dipelajari?
Alhamdulillah,
ash shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah wa ba’du;
Sesungguhnya
pengetahuan terhadap perkara ghaib termasuk hal yang menjadi rahasia
Allah.Termasuk sifat Allah paling khusus, yang tidak ada seorang makhlukpun
dapat menyamaiNya. Sebagaimana firmanNya,
وَعِنْدَهُ
مَفَاتِحُ
الْغَيْبِ
لاَيَعْلَمُهَآ
إِلاَّ هُوَ
وَيَعْلَمُ
مَافِي
الْبَرِّوَالْبَحْرِ
وَمَا
تَسْقُطُ مِن
وَرَقَةٍ
إِلاَّ
يَعْلَمُهَا
وَلاَحَبَّةٍ
فِي
ظُلُمَاتِ
اْلأَرْضِ
وَلاَرَطْبٍ
وَلاَيَابِسٍ
إِلاَّ فِي
كِتَابٍ
مًّبِينٍ
Dan
pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan,
dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan
tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah
atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (QS
Al An’am : 59).
Dan
firmanNya,
عَالِمَ
الْغَيْبِ
فَلاَ
يُظْهِرُ
عَلَى
غَيْبِهِ
أَحَدًا .
إِلاَّمَنِ
ارْتَضَى مِن
رَّسُولٍ
فَإِنَّهُ
يَسْلُكُ مِن
بَيْنِ
يَدَيْهِ
وَمِنْ
خَلْفِهِ
رَصَدًا
(Dia
adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga- penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya. (QS Al Jin : 26,27).
Barangsiapa
berkeyakinan, bahwa dirinya atau orang lain boleh menguasai perkara ghaib,
berarti ia telah kafir. Karena perkara ini termasuk perkara yang tidak pernah
diberitakan kepada siapapun oleh Allah; tidak kepada para malaikat yang
dekat dan tidak juga kepada para rasul yang diutus. Namun sangat disayangkan,
banyak diantara orang awam di sebagian negara-negara Islam yang
masih
percaya kepada cerita-cerita khurafat dan cerita-cerita syirik orang-orang
jahiliyah. Misalnya keyakinan, bahwa ada sebagian orang yang dapat mengetahui
perkara ghaib. Seperti : dukun, tukang tenung atau yang sejenisnya. Kenyataan
ini bisa didapati pada banyak negara Islam. Ini adalah kekeliruan yang sangat
berbahaya dalam aqidah, karena merupakan perbuatan menyekutukan Allah dengan
selainNya dalam hal yang menjadi kekhususan Allah, yaitu mengetahui perkara
ghaib.
Dalam
sebuah hadits,
مَنْ
أَتَى
كَاهِنًا
أَوْ
عَرَّافًا
فَصَدَّقَهُ
بِمَا
يَقُولُ
فَقَدْ
كَفَرَ بِمَا
أُنْزِلَ
عَلَى
مُحَمَّدٍ
صَلَّى
اللَّهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Barangsiapa
yang mendatangi tukang tenung atau dukun, lalu ia percaya dengan apa yang
dikatakan dukun atau tukang tenung itu, berarti ia telah kafir dengan apa yang
telah diturunkan kepada Muhammad.(HR. Imam Ahmad)
Dukun-dukun
itu telah banyak merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat. Masyarakat telah
mengeluarkan banyak harta demi mendapatkan ilmu ghaib menurut sangkaan mereka-
dan terkadang sang dukun memberitahukan kepada mereka beberapa perkara,
sebagiannya (kebetulan-pent) benar dan sebagiannya lagi bohong. Bahkan sebagian
besar adalah bohong. Sehingga terbaliklah tolok ukur kehidupannya, yaitu banyak
orang mengatur hidup mereka berdasarkan saran-saran yang disampaikan oleh sang
pendusta yang mengaku mengetahui perkara ghaib.
Allah
berfirman kepada NabiNya,
قُل
لآَّأَمْلِكُ
لِنَفْسِي
نَفْعًا
وَلاَ ضَرًّا
إِلاَّ
مَاشَآءَ
اللهُ وَلَوْ
كُنتُ
أَعْلَمُ
الْغَيْبَ
لاسْتَكْثَرْتُ
مِنَ
الْخَيْرِ
وَمَامَسَّنِيَ
السُّوءُ
إِنْ أَنَا
إِلاَّ
نَذِيرٌ
وَبَشِيرٌ
لِقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ
Katakanlah,"Aku
tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang
ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan
ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa
berita gembira bagi orang-orang yang beriman.(QS
Al A’raf : 188).
1