ETIKA BERBICARA DALAM ISLAM

Dalam berIslam kita harus berpedoman pada Al Qur`an dan As Sunnah yang difahami oleh salafush sholih. Merekalah Rosulullah, para shahabatnya yang hidup pada masa beliau, tabi`in, tabiut tabi`in. Generaasi inilah yang oleh Allah disebut sebagai generasi yang utama, yang Allah  meridhoinya, dan dinyatakan sendiri oleh Rosulullah  bahwa mereka adalah sebaik-baik ummat: “ Sebaik-baik masa adalah masaku, kemudian yang sesudahnya , kemudian yang sesudahnya… (Hadits shahih riwayat Bukhori dalam shahihnya no 3378, dan Muslim dalam shohihnya no 4601).

Jika kita mengambil Islam ini dari mereka, pasti kita akan mendapat ajaran Islam yang murni, yang bersih dari hal-hal yang menyesatkan. Namun jika kita berani mengambil Islam ini dari yang selain mereka, apalagi pada manusia-manusia yang hidup pada zaman ini yang hidup sangat jauh dari masa Rosulullah, Tentu akan kita dapati banyak sekali hal-hal yang baru yang kadang telah menyimpang jauh dari Islam yang sebenarnya. Karena itu untuk seluruh aspek hidup kita, ambilah dari mereka yang diridloi Allah. Semoga Allah menyelamat kan kita dari kesesatan dan api neraka. Suatu yang sangat dijaga oleh Rosulullah dan para salaf ash sholih adalah lisan. Lisan adalah karunia dari Allah  yang sangat berharga bagi kita yang perlu kita syukuri. Namun jika kita lalai dalam menjaga nikmat Allah yang satu ini, kecelakaan yang besar akan mngancam kita. Allah telah mengingatkan kita dalam banyak firmanNya tentang pentingnya menjaga lisan dan berhati-hati dengnanya, kerena semua perbuatan kita akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah pada hari akhir nanti. Sebagai mana dalam firmannya: “ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya,. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati akan dimintai pertanggungjawabannya. “ ( Al Isra` 36 ) .“ Pada hari ketika lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu telah mereka kerjakan. “ ( An nur  24 ).

Demikianlah seorang muslim menyadari bahwa semua perkataannya akan dipertanggung jawabkan kehadirat Allah. Dengan kesadaran tersebut seorang hamba akan berhati-hati memanfaatkan lisan yang dimilikinya. Kehati-hatian ini tidak lepas dari keyakinan bahwa semua amal perbuatannya dicatat oleh malaikat yang selalu mengawasinya. Sebagaimana firman Allah: “ tidak ada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.“ ( Qaaf 18 ) Dalam banyak hadits Rasulullah banyak menyampaikan keutamaan memelihara lisan dan siksa bagi orang yang lalai dalam menjaganya, diantaranya:“Dari Abu Musa beliau berkata:“Aku bertanya:ya rosulullah apakah islam yang paling utama ?’ Maka beliau bersabda :”Barang siapa yang muslim lain selamat  dari lisan dan tangannya.“( HR.Muslim dalam shhihnya, kitabul Iman 59). Pada akhir dari haidts Mua`dz, Rosululah bersabda sambil memegang lisannya :  ”Jagalah ini atas kalian, sambil beliau memegang lisannya. Aku (Muadz)bertanya, “apakah kami akan disika akan apa yang kami ucapkan?” Beliau menja wab,”Ibumu kehilangan kamu hai muadz,tiada yang menelungkupkan wajah untuk hidung manusia kedalam api neraka melainka hasil ulah lisannya. “ (HR. Tirmidzi, Ibnu majah, Imam Ahmad, Abdur rozaq, dan Ath Thabrani dengan sanad yang hasan).Ibnu Mas`ud berkata :“Tiadaklah yang lebih perlu untuk dipenjara lebih lama dari lisanku.” Abu Darda berkata “ berlaku adillah anda terhadap telinga anda dari pada mulut anda kerena anda diberi dua telinga dan satu mulut agar anda lebih banyak mendengar dari pada berbicara.”

  Bencana lidah amat banyak ragamnya, diantaranya:

1.      Bencana pertama, yaitu perkataan yang tidak perlu. Dalam hadits shohih Rosulullah bersabda :”diantara kebaikan seorrang islam adalah meninggalkan apa yang tidak diperlukannyaLuqman Al hakim pernah ditanya seseorang, “Telah sampai dimana hikmahmu? ”dia menjawab, “Aku tidak menanyakan sesuatu yang kuanggap cukup dan aku tidak mengatakan sesuatu yang tidak perlu.” Diriwayatkan bahwa dia mendatangi tempat tinggal Daud yang sedang menyelesaikan pembuatan baju besi. Luqman merasa takjub terhadap apa yang dilihatnya. Lalu dia ingin menanyakan hal itu. Namun hikmah melarangnya untuk menanyakannya. Setelah Dawud menyelesaikan pekarjaannya, beliau bangkit sambil menyelesaikan baju besi itu dan berkata: “ Sebaik-baik baju besi untuk perang. ” Maka Luqman berkata; diam itu hikmah, namun banyak orang tidak melakukannya.

2.      Bencana kedua adalah melibatkan diri dalam kebatilan, yaitu ikut dalam pembicaraan kemaksiatan dengan berbagai macam jenisnya. Sebagaimana sabda Rosululullah :  Sesungguhnya seorang hamba benar- benar mengucapkan suatu perkataan/suatu kalimat yang tidak dia teliti, dengannya dia jatuh ke neraka lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.” Muttafaqun `alaih, Muslim (5303 ).

3.      Bencana ketiga adalah banyak bicara dan memfasih-fasihkan perkataan, serta memaksakan diri denga kata-kata bersajak.Rosulullah bersabda:“Sesungguhnya orang yang paling kubenci dan paling jauh jaraknya diantara kalian dengan aku pada hari kiamat adalahorang yang banyak berbicara dan memfasih-fasihkan pembicaraan serta melampaui batas dalam berbicara.“(HR. Tirmidzi dan Imam Ahmad dengan sanad yang shahih ).

4.      Bencana keempat adalah berbicara keji dan suka mencela.“Orang mu`min itu bukan orang yang suka mencemarkan kehormatan, bukan pula orang yang suka mengutuk, berkata keji dan murahan.“ (HR.Tirmidzi, imam Ahmad, Ibnu Hibban, dan bukhori dalam Adabul mufrad, dengan sanad yang shahih ).

5.      Bencana kelima yaitu bercanda. Adapun bercanda yang ringan-ringan diperbolehkan dan tidak dilarang selagi benar dan jujur. Terus menerus bercanda adalah dilarang sebab bisa memancing kedengkian. Cukuplah bagi kita meniru canda Rosulullah  yang dalam canda Beliau ini telah disepakati tiga hal, yaitu:

a.       Tidak berbicara kecuali yang benar

b.      Dilakukan terhadap orang-orang yang lemah, orang tua dan anak-anak

c.       Dilakukan jarang-jarang.

6.      Bencana keenam, yaitu mengejek dan mengolok-olok dengan menyebut aib dan kekurangan seorang agar ditertawakan orang lain. Mengenai hal ini Allah berfirman : “Hai orang-orang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi yang (diolok-olok) lebih baik dari (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita mengolok-olok wanita yang lain, karena bloleh jadi wanita-wanita yang diolok-olok lebih baik dari pada yang mengolok-olok, danjangan kamu mencela dirimu sendiri danjanganlah kamu panggil memanggil dengan gelaryang buruk.Seburuk-buruk panggilan adalh sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka inilah orang yang dholim. “ (Al Hujurat 11) Dalam ayat yang lain Allah berfirman : “ dan jika kamu tanyakan pada mereka tentang apa yang mereka lakukan itu, tenulah mereka akan menjawab : “ Sesungguhnya kami hanyalah bersendau gurau dan bermain-main saja “. Katakanlah: “ Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya ,dan RosulNya kamu selalu berolok-olok? “.Tidak usah meminta maaf karena kamu sudah kafir sesudah beriman. Jika kami memaafkan segolongan daripada kamu (lantaran bertaubat), nniscaya Aku akan mengadzab segolongan yang laindisebabkan mereka adalah orang yang selalu berbuat dosa.” (At-Taubah 65-65).

7.      Bencana, yaitu membocorkan rahasia, melanggar janji, berdusta dalam perkataan dan sumpah, Sabda Rasulullah :Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia ingkar dan apabila diberi amanat dia khianat“.( HR. Bukhari dan Muslim)

8.      Bencana ke delapan, yaitu ghibah (menggunjing) Alloh Ta’ala berfirman : Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa dan jangan lah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.” (Al-Hujarat 12) Rasulullah bersabda: Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah haram atas diri kalian.” (HR. Bukhari – Muslim) Rasulullah pernah berdialog dengan sahabat Abu Hurairah sebagaimana dalam hadits berikut: “Rasululloh bertanya kepada para sahabatnya, “ Tahukah kalian apakah ghibah itu?”. Merekapun menjawab, “Alloh dan RasulNya yang lebih tahu.” Beliaupun bersabda, “ Engkau menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang tidak ia sukai.” Merekapun bertanya lagi, “ Bagaimana jika dari saudaraku itu memang ada sepeti yang kukatakan?”. Beliaupun menjawab, “ Jika pada diri saudaramu itu ada seperti yang kau katakana, bererti kamu telah menghibanhnya dan jika pada dirinya tidak ada seperti yang kamu katakana berarti kamu telah mendustakannya.” ( HR. Muslim, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi)

9.      Bencana ke sembilan, yaitu namimah.Alloh Ta’ala berfirman :“Yang banyak mencela yang kian kemari menghambur fitnah “ ( Al-qolam : 11 ) Rasulullah bersabda : Tidak masuk sorga orang yang suka mengadu domba.” ( HR. Bukhori, Muslim, Abu Daud dan At-Tirmidzi)

10.  Bencana kesepuluh, yaitu kata – kata pujian. Bencana ini berkaitan dengan dua hal yaitu ;

a.       Orang yang memuji

b.      Orang yang dipuji

Oleh karena itu Rasulullah bersabda tatkala mendengar seseorang yang memuji orang lain, “Celakalah engkau karena telah memenggal leher rekanmu.”(HR.Bukhori, Muslim dan Abu Daud)

  (Ditulis oleh Ust. Abdullah Hadromy, Lc)