Apakah
Jin Itu?
Berbeda
dengan kaum materialis yang berwawasan sempit, umat Islam, bahkan mayoritas umat
beraga ma di dunia ini mengakui adanya sesuatu yang dinamakan jin.
Pendapat
Pakar Islam Rasionalis
Meskipun mayoritas umat mengakui adanya jin, pemahaman mereka tentang makhluk
yang tersembu nyi ini berbeda-beda. Bahkan, para pakar Islam pun terdapat
beberapa pendapat tentang makhluk jin. Pakar-pakar Islam yang sangat rasional
tidak mengingkari ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang jin, tetapi mereka
memahaminya bukan dalam pengertian hakiki. Paling tidak ada tiga pendapat yang
menonjol dari kalangan rasionalis Islam menyangkut makhluk jin.
1.
Mereka memahami jin sebagai potensi negatif manusia, sedangkan malaikat
adalah potensi positif yang mengarahkan manusia ke arah kebaikan. Pandangan ini
menjadikan jin sepenuhnya sama dengan setan. Di sisi lain mereka menilainya
tidak memiliki wujud tersendiri karena jin atau setan menurut paham ini
merupakan potensi negatif yang berada di dalam diri manusia.
2.
Mereka memahami antara lain sebagai virus dan kuman-kuman penyakit. Paham
ini mengakui eksistensi jin tetapi menyatakannya sebagai kuman-kuman. Maka,
mereka menilainya bukan makhluk berakal, apalagi makhluk mukalaf, yang dibebani
tugas-tugas tertentu oleh Allah SWT.
3.
Mereka yang memahami jin sebagai jenis dari makhluk manusia liar yang
belum berperadaban. Pendapat ini dikemukakan kali pertama oleh salah seorang
pemikir India yang bernama Ahmad Khan (1817--1898 M), yang menulis buku tentang
jin dalam pandangan Alquran. Menurut nya, ayat-ayat yang menunjukkan tentang jin
tidak dapat dijadikan bukti tentang adanya makhluk yang bernama jin. Ahmad Khan
juga menguatkan pendapatnya dengan beberapa syair-syair jahiliah.
Bintu
asy-Syathi, Aisyah Abdurrahman, pakar kontemporer Mesir dalam bidang bahasa dan
Alquran, dalam bukunya Al-Qur'an wa Qadhaya al-Insan menulis antara lain
lebih kurang sebagai berikut. "Bukanlah satu keharusan membatasi pengertian
jin pada hal-hal yang secara umum kita kenal pengertiannya sebagai hantu-hantu
yang tidak nampak kepada kita kecuali dalam kegelapan yang manakutkan atau
gambaran waham dan ilusi. Tetapi kata jin sesuai dengan pengertian kebahasaan
yakni ketertutupan dan sesuai juga dengan kebiasaan Alquran memperhadapkan
penyebutannya dengan 'ins' (manusia) dapat mencakup semua jenis makhluk selain
manusia yang hidup di alam-alam yang tidak terlihat atau terjangkau dan yang
berada di luar batas alam tempat kita manusia hidup, serta yang tidak terikat
dengan hukum-hukum alam yang mengatur kehidupan kita sebagai manusia." Atas
dasar pandangan ini, Bintu asy-Syathi tidak menutup kemungkinan jin masuk dalam
pengertian apa yang dinamakan UFO (Unidentified Flying Object). Dalam dunia
iptek, UFO adalah objek yang terlihat di angkasa dan diduga sebagai awak angkasa
yang datang dari luar planet bumi namun tidak dapat diidentifikasi.
Wawasan Alquran tentang Jin
Di dalam Alquran ditemukan paling tidak lima kata yang sering digunakan untuk
menunjuk makhluk halus dari jenis jin, yaitu jin, jaan, jinnat, iblis,
dan syaithan. Para pakar berbeda pendapat tentang maksud kata jaan.
Pakar bahasa Arab, Al-Jauhari (W 1005), menyatakan bahwa jaan sama dengan
jin, hanya saja kata jin adalah bentuk jamak dari kata jinny yang
berbentuk tunggal, sedangkan jaan adalah ism jame atau kata yang
digunakan untuk menunjuk sekelompok, jinny. Dalam Alquran surah Ar-Rahman ayat 15 dinyatakan, "Dia
(Allah) menciptakan jaan dari nyala api." Siapa yang dimaksud dengan jaan dalam ayat di atas?
Ada yang berpendapat bahwa jaan adalah bapak jenis jin, sebagai mana Adam
adalah bapak jenis manusia. Ada juga yang menyatakan bahwa jaan adalah
iblis yang menggoda Adam dan bukan bapak jin. Kata jinnat, baik yang
dibubuhi alif dan lam atau tidak, ditemu kan dua belas kali di dalam Alquran.
Kesemuanya mengandung makna ketertutupan seperti gila (Al-A'raf: 184). Tetapi,
tidak semuanya bermakna makhluk halus. Banyak ulama memahami kata jinnat
dalam arti jin. Huruf "ta" yang menghiasi akhir kata itu adalah alamat
ta'nist/tanda/bentuk feminisme untuk menunjukkan bahwa kata ini digunakan
untuk menunjuk thaaifah (kelompok), sehingga kata jinnat berarti
kelompok jin. Perlu dicatat bahwa tidak semua jin adalah setan, karena jin ada
yang taat kepada Allah SWT dan ada pula yang membangkang. "Sesungguhnya
di antara kami ada yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian
halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda." (Al-Jin: 11).
Di sisi lain, tidak semua setan adalah jin, karena ada juga setan manusia. "Setan-setan
dari jenis manusia dan dari jenis jin sebagian dari mereka membisikkan kepada
sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia)."
(Al-An'am: 112). Kini, kalau Anda bertanya bagaimana wawasan Alquran tentang jin,
dan apa yang harus dipercayai oleh seorang muslim tentang hal ini? Secara
singkat dapat disimpulkan bahwa Alquran menjelaskan adanya makhluk ciptaan Allah
yang bernama jin, tercipta dari api, sebagaimana diakui iblis dan dibenarkan
oleh Alquran. "Aku lebih baik darinya (Adam). Engkau ciptakan aku dari
api, sedangkan Engkau menciptakannya dari tanah." (Al-A'raf: 12). Perlu
diingat informasi Alquran yang menyatakan, "Iblis (enggan sujud). Dia
adalah dari golongan jin." (Al-Kahfi: 50). Makhluk ini mempunyai
ciri-ciri yang berbeda dengan ciri manusia, antara lain bahwa dia dapat melihat
manusia dan manusia tidak dapat melihatnya. Sesungguhnya ia dan pengikut -pengikutnya
melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka."
(Al-A'raf: 27). Makhluk ini dapat
hidup di planet bumi. Alquran tidak menjelaskan di mana tetapi demikian itulah
perintah Allah kepada-Nya ketika Yang Maha Kuasa itu mengusirnya bersama Adam
dan surga. "Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain,
dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu
yang ditentukan." (Al-Baqarah: 36).
Mereka mempunyai kemampuan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan berat,
seperti apa yang mereka lakukan untuk Nabi Sulaiman. "Dan, sebagian dari
jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawwah kekuasaan Sulaiman) dengan izin
Tuhannya." (Saba': 12). "Para jin itu membuat untuk Sulaiman
apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, dan
piring-piring yang (besarnya) seperti kolam serta periuk-periuk yang tetap (berada
di atas tungku)." (Saba': 13).
Mereka juga mempunyai kemampuan hidup berada di luar planet bumi berdasarkan
ucapan mereka yang dibenarkan dan diabadikan Alquran. "Sesungguhnya kami
telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan
penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Sesungguh nya kami dahulu dapat
menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya).
Tetapi sekarang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu
akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)." (Al-Jin:
8--9). Tidak semua bangsa jin itu
jahat atau membangkang perintah Allah. "Sesungguhnya di antara kami ada
yang saleh dandi antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami
menempuh jalan yang berbeda-beda." Demikian ucap jin yang direkam dalam
Alquran surah Al-Jin ayat 13. Mereka juga mempunyai kemam puan memahami bahasa manusia,
terbukti dari kemampuan mereka mendengar dan memahami Alquran. "Mereka
berkata, 'Sesungguhnya kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan, (yang)
memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami
sekali-kali tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami."
(Al-Jin: 1--2).