Paranormal bertanya,tentang alam ghoib

 

Pertanyaan ini diajukan oleh peserta pada seminar “Kupas Tuntas Fenomena Mistis dan Perdukunan di Sekitor Kita” di Asrama Haji Pangkalan Masyhur Medan. Sumatra Utara.

Assalamualaikum Wr Wb.

1.      Apa hukumnya jika kita belajar melihat alam ghoib?

2.      Saya adalah salah seorang paranormal dan bisa melihat alam ghoib dan bisa berkomu­nikasi dengan mereka. Bagaimana dengan ajaran Islam dalam melihat soal ini? Apakab tadak berten­tangan?

3.      Teman saya juga seorang paranormal tingkat tinggi bisa komunikasi dengan jin, dan alam roh bisa dia tembus dan katanya disana sangat indah, apakah itu sudah ada rekayasa jin?

Jawab:

Wa ‘alaikumussalam Wr Wb.

Kepada saudaraku yang memperkenalkan dirinya sebagai paranormal kami berdo’a semoga Anda telah mendapatkan wawasan yang sangat berbarga pada acara seminar yang lalu dan mudah-mudahan hidayah Allah akan datang kepada Anda dan kita semua, agar anda segera tobat dan sadar bisa kembali ke jalan yang benar dan kita bisa selalu berkomitmen untuk menapaki jalan yang diridhoi Allah,Amien. Sebelum kita membahas bukum belajar melihat alam ghoib, terlebib dahulu marilah kita bahas tentang pengertian alam ghoib. Kata ghoib berasal dan babasa arab ghoba, yaghibu, ghoban artinya lawan kata dari tampak dan hadir (Al Mu’Jam al Wasith hal. 667). Adapun secara istilah. ghoib adalah: ‘yang tidak tampak oleh kita tetapi diceritakan oleh Allah kepada kita melalui Rasulullah. (Tafsir Ibnu Katsir)

Jelaslah bagi kita bahwa alam ghoib adalah alam yang bukan alam dzohir yang bisa kita indera dengan panca indera kita. Percaya kepada yang ghoib merupakan pokok dan dasar dan rukun iman serta menjadi sifat yang utama dan pertama bagi orang­orang yang bertaqwa, sebagaimana terdapat dalam surat Al Baqorob ayat 3, yang artinya, “Orang-orang yang beriman kepada yang ghoib dan mendirikan sholat dan mereka menginfaqkan sebagian (hartanya yang kami rizkikan kepada mereka” Ayat ini menjelaskan ayat yang sebelumnya yaitu. “Petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”Alam ghoib itu sangat luas bahasannya. kita beriman adanya Allah, malaikat, surga, neraka, ruh, jin dan alam barzakh yang kesemuanya adalab ghoib. Namun sungguh disayangkan tidak sedikit di antara umat Islam yang salah dalam memahami alam ghoib sehingga mengidentikkan alam ghoib itu hanya dengan jin atau syetan saja. Artinya kalau di antara mereka ada yang mengklaim melihat jin atau syetan orang tersebut dikatakan telah mengetahui yang ghoib.

Ketahuilah bahwa sebagai orang Muslim kita hanya bisa mempercayai informasi tentang yang ghoib dari dua sumber utama agama kita yakni AI-Qur’an dan sunnah. Islam menolak berita-berita alam ghoib yang berasal dan tukang-tukang sihir, peramal, dukun kyai tapi dukun dan yang sebangsanya yang mana mereka mendapatkan berita-berita tersebut hasil kerjasamanya dengan jin, baik mereka dibisiki oleb jin atau jin itu telah merasuk kedalam raganya. Dinyatakan oleh Allah dalam surat al Hijr ayat 18: Artinya, “…..kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) Ialu dia dikejar oleh semburan api yang terang: Dari ayat mi semakin terang bagi kita bahwa diantara jin ada yang bertugas untuk mencuri pendengaran keputusan-keputusan dari Allah yang diperintahkan kepada para malaikat yang ditugaskan untuk menjalankannya. Kemudian dari para jin pencuri benita inilah seseorang bisa meramal suatu kejadian yang akan terjadi. Berhati-hatilah dalam hal yang ghoib ini, karena akan menentukan diterima atau tidak diterimanya ibadah seseorang. Kita semua tentu sudah tahu bahwa syarat diterima amal seorang hamba itu bila dilakukan dengan ikhlash dan ber-ittiba’ (mencontoh) kepada Rasuluilah . Ikhlas dalam artian tidak ada unsur-unsur syiriknya sedikitpun. Klaim pengetahuan terhadap yang ghoib berarti menyekutukan Allah dalam sifatNya, karena hanya Dialah yang mengetahul yang ghoib. Di dalam surat jin ayat 26 Allah menyatakan yang artinya : “(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.” Pengetahuan terhadap seluruh yang ghoib secara mutlak hanya milik Allah semata. Tidak ada dari kalangan malaikat, jin, manusia yang memili­kinya. Memang terkadang Allah menampakkan sebagian yang ghoib kepada sebagian hamba­hamba-Nya dari kalangan rasul dan nabi yang merupa kan mukjizat bagi mereka. Pada ayat yang ke 27 dari surat Al-Jin Allah berfirman yang artinya : “…kecudi kepada Rasul yang diridhai-­Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjagaan di hadapan dan di belakangnya.” Rasulullah, imamnya para Nabi dan manusia termulia tidak memiliki kemampuan melihat yang ghoib dengan panca inderanya kecuali pada saat tertentu beliau mendapatkan wahyu dari Allah. Misalnya seperti peristiwa Isro’ dan Mi’roj dan peristiwa-peristiwa lain yang kesemuanya karena wahyu dan tidak terjadi terus menerus. Allah berfirman tentang hal ini di dalam surat Al-A’raf ayat 188: Artinya”Katakanlah. Aku tidak berkuasa menanik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-­banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan. dan pembawa benita gembira bagi arang-arang yang beriman. Dari keseluruhan penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengakuan orang biasa yang bisa melihat jin dan alam ghoib baik yang dia lihat atau yang menampakkan diri, itu bukan lah hakekat wujud jin yang aslinya. Selain itu, kemampuan melihatnya itu sendiri terjadi karena orang tersebut telah menjalin hubungan kerja sama dengan jin yang membantunya. Atau ada kalanya penampakan jin atau syetan itu karena sihir yang dilakukan oleh jin sehingga menjelma menjadi —misalnya— seperti orang yang tinggi besar, hitam, menakutkan atau sebaliknya. Kedua hal ini termasuk bentuk tipu daya yang dilancarkan oleh jin kepada manusia. Atau seseorang bisa melihat jin atau berkomunikasi dengannya secara langsung, karena bantuan jin.

 Dalam beberapa kasus yang dihadapi pada saat pengalaman me-Ruqyah, banyak sekali bukti yang menguat kan bahwa kemampuan seseorang melihat jin atau syetan tidak lepas dan bantuan jin dan syetan itu sendini. Ketika di-ruqyah, para pasien yang sudah kesurupan, tidak jarang banyak yang melihat beberapa jin yang ditugaskan oleh kepalanya atau tuannya agar menjagai jin yang ada di dalam tubuh pasien sehingga jin itu takut keluar. Dengan ditakut-takuti bila jin itu keluar akan dipenjarakan oleh kepalanya atau di hajar dan diancam bunuh oleh tuannya. Namun setelah jin berhasil dikeluarkan dengat ayat-ayat AI-Qur’an (ruqyah syar’iyyah) or­ang itu tidak mampu lagi melihat jin lagi. Di dalam surat AI-A’raf Allah menerangkan, bahwa jin bisa melihat manusia, sedang manusia tidak bisa melihat mereka.  Sesungguhnya syetan dan kelompoknya dapat melihat kamu dan suatu tempat  yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. AI-A’raf 27).

Syaikhul islam lbnu Taimiyah ketika menjawab pertanyaan tentang ayat ini beliau mengatakan: “Yang ada di dalam AI-Qur’an bahwa mereka (jin)melihat manusia sedang manusia tidak melihat jin,ini adalah haq (kebenaran) yang menunjukkan bahwa mereka melihat manusia pada suatu keadaan sedang manusia tidak melihat nya pada keadaan tersebut.” lbnu Taimiyah melanjutkan, “Tidak ada di dalamnya (penafsirannya) bahwa tidak ada seorangpun di antara manusia yang tidak melihat mereka pada suatu keadaan, bahkan terkadang diantara orang-orang sholeh melihat merek begitu juga orang-orang yang tidak sholeh, akan tetapi manusia tidak melihat mereka pada setiap-saat. (Majmu fatawa lbnu Taimiyah, juz I5 hal 7) Pernyataan beliau ini sesuai dalam kenyataan yang ada. Pada zamannya, lbnu Taimiyah sendiri juga sering melakukan terapi gangguan jin dengan ruqyah, jadi banyak sekali kejadian-kejadian yang beliau hadapi. Sebagaimana yang terdapat di kitab Ath Thibbun Nabawi hal 52-53. Namun demikian pernyataan ini tidak menunjukkan bahwa manusia mampu melihat jin secara hakikat wujudnya Sebagaimana juga tidak ada ilmu dalam Islam yaq bisa menghantarkan manusia mampu melihat jin. Maka, seseorang yang bisa melihat jin, kemunkinannya hanya dua, pertama ia memang orang sholeh yang diberi karomah sehingga bisa meliha jin. Atau kedua, orang itu bukan orang sholeh, bahkan fasik atau kufur dan ia mampu melihat jin karena tipu daya jin itu sendiri, dalam rangka menyesatkan manusia. Adapun karomah itu sendiri sudah jelas, tidak dapat di pelajari atau di transfer apala diturunkan (wariskan). tidak bisa didemonstrasikan (pamerkan), tidak bisa dihadirkan, tidak terulang ulang. Sementara tipu daya jin bisa tenjadi setiap saat, kapan saja dan di mana saja, baik diperoleh dengan cara berkolaborasi dengan sebangsanya atau kemauan jin itu sendiri. Bila ini yang Anda maksud dengan mempelajari ilmu tentang alam ghaib, yaitu belajar berkolaborasi dengan syetan atau jin, tentu sangat dilarang oleh Islam., karena kufur. Saudara, hakekat sesuatu yang ghoib itu hanya ada dalam ilmu Allah. Maka manusia terlarang untuk mencari-cari atau mencoba-coba mengetahui ilmu-Nya dalam soal itu, selain mustahil hal itu bisa tercapai.

Pertanyaan ketiga sangat dekat sekali dengan pertanyaan pertama dan kedua, artinya setelah kita memahami ajaran aqidah Islam mengenai yang ghoib tentu kita harus menenimanya dengan keimanan yang kuat tanpa ada kebimbangan atau keraguan sedikitpun. Keghoiban ruh sama dengan keghoiban alam ghoib yang lainnya, kita harus mempercayai dan yakin hanya Allah saja yang mengetahuinya. Allah berfirman didalam surat Al-­Isro’ ayat-85: Artinya. “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:“Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” Roh termasuk urusan Allah SWT sendiri. Selain-Nya itu pasti tidak akan dapat mengetahui, tidak dahulu, tidak sekarang dan tidak nanti, bahkan tidak untuk selama-lamnya. Sebenarnya setinggi-tinggi pengetahuan yang dapat kita peroleh mengenai hal roh itu ialah bahwa roh itu berdiam didalam tubuh. Dengan adanya roh itu lalu tampaklah gerak kehidupan dan tubuh itu dan dapat diketahui pula apa yang diakibatkan oleh adanya kehidupan tadi. Misalnya tubuh yang hidup tadi dapat memahamkan, mengerti, mengingat, berfikir, berpengetahuan, berkehendak, memilih, mencintal, membenci, dan lain-lain. Selain iyu yang dapat kita ketahui lagi ialah bahwa roh itu sewaktu-waktu berpisah dengan tubuh yang merupakan kediamannya dan tubuh yang sudah ditinggalkan oleb roh tersebut lalu menjadi benda yang mati beku dan tidak ada gerakannya sama sekali. sebagamana halnya benda mati yang lain-lain. Adapun alam roh yang katanya dapat ditembus oleh manusia. Pasti itu telah ada rekayasa dari jin. Karena roh itu tidak bisa dipanggil atau berpindah~pindah dan ke orang lain. Andaikan roh bisa dipanggil tentu tak ada orang yang mati karena ketika roh itu keluar dari jasad manusia, jika  keluarganya memanggilnya maka roh akan kembali lagi ke jasadnya. Mengenai mukjazatnya Nabi isa, beliau tidak banya memanggil rohnya tetapi  betul-betul mengembalikan roh itu ke jasadnya jelas berbeda dengan tipu daya syetan yang mengaku-ngaku rohnya si fulan kemudian merasuk ke orang lain dan bercerita tentang orang yang telah meninggal itu atau mengajarkan mengajarkan sihir-sihir tertentu. Akhirnya marilah kita senantiasa bercermin dan mengikuti jejak Rosullullaah dan para sahabat serta ulama-ulama yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan sunnah WaIIahu’alam.

Pertanyaan diatas dijawab oleh Ustadz Ahmad Junaidi, Lc.Lulusan Fakultas Syari’ah, Lembaga llmu Pengetahuan Islam dan Arab, (LIPIA) Jakarta.

Kembali