Ngalap Berkah
Oleh
Ahmas Faiz bin Asifuddin
Ngalap (mencari)
berkah merupakan kecenderungan manusiawi semenjak nenek moyang bangsa manusia
generasi pertama. Bahkan berkah adalah kebutuhan setiap insan. Demam ngalap
berkah menjadi trend turun temurun disemua lapisan penduduk bumi hingga kini, di
zaman moderen yang super canggih dan hubungan lintas dunia semakin global.
Adakah ajaran Islam sejalan dengan arus tradisi ini dan memperkenankan orang
ngalap berkah?.
Pengertian Berkah
Berkah berasal
dari bahasa Arab 'barakah'. Artinya, memiliki banyak kebaikan dan
bersifat tetap -terus menerus-. Diambil dari kata 'birkah' yang berarti
tempat berhimpunnya air. Dan itu berbeda dengan tempat mengalirnya air karena
dua hal : 1-jumlahnya yang banyak dan 2- sifatnya yang tetap.1)
Sementara ada
juga yang mengatakan, barakah/berkah ialah adanya kebaikan ilahi secara tetap
pada sesuatu. Demikian yang dikatakan oleh ar-Raghib al-Ashfahani.2) Dengan
demikian, apabila sesuatu dikatakan berkah, artinya sesuatu itu memiliki banyak
kebaikan yang bersifat tetap, karena dijadikan demikian oleh Allah. Dan
ngalap/mencari berkah, berarti mencari kebaikan atau manfaat melalui sesuatu
yang diduga banyak memiliki berkah. Sesuatu itu bisa berbentuk pribadi manusia,
benda, tempat atau waktu. Persoalannya, bisakah kegiatan tersebut dibenarkan
oleh Islam?.
Hukum
mencari berkah
Seperti
dikatakan di muka, mencari berkah bisa melalui pribadi manusia, benda, waktu
atau tempat tertentu. Dalam hal ini ada yang disyari'atkan, ada pula yang
dilarang. Mengapa dikatakan disyari'atkan?. Sebab, pribadi, benda, tempat atau
waktu yang dicari berkahnya, benar-benar memiliki berkah berdasarkan ketetapan
syari'at, dan dalilnya jelas. Hal itu menuntut cara pencarian berkah yang juga
harus sesuai dengan tuntutan syari'at. Di sisi lain, mengapa ada bentuk mencari
berkah yang dilarang?. Sebab, pribadi, benda, tempat atau waktu yang dicari
berkahnya ternyata merupakan pribadi, benda, tempat dan waktu yang tidak
dinyatakan memiliki berkah oleh syari'at. Berkah-berkah yang dianggap ada pada
benda-benda ini hanya ilusi kosong hasil rekayasa para kaki tangan Dajjal. Cara
mencari berkah yang dilakukannyapun adalah cara-cara bathil dan menyimpang.
A.
Mencari Berkah yang disyari'atkan.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin (Seorang tokoh Ulama Ahlu Sunnah zaman
sekarang) menjelaskan :Mencari berkah tidak terlepas dari dua hal :
1 - Mencari
berkah berdasarkan ketentuan syar'i yang jelas. Misalnya (mencari berkah) pada
al-Qur'an al-Karim. Allah berfirman :
Segala sesuatu
yang dinyatakan oleh syari'at mengandung berkah, tidak lain hanya merupakan
sebab bagi diperolehnya berkah, bukan sebagai pemberi. Bisa saja berkah itu
tidak dapat diperoleh karena hilangnya syarat tertentu atau adanya penghalang
tertentu. Dan itu sudah dimaklumi berkenaan dengan kaidah 'sebab-sebab syar'iyah'.
Dan meminta berkah kepada selain Allah jelas hukumnya syirik.
1 - Mencari
berkah yang disyari'atkan melalui pribadi-pribadi tertentu. Misalnya melalui
pribadi Rasulullah ketika beliau masih hidup. Banyak hadits shahih menerangkan
tentang berkahnya pribadi Rasulullah. Disamping pribadi Rasulullah, ada pula
pribadi-pribadi lain yang dinyatakan sebagai sebab diperolehnya berkah. Misalnya
Abu Bakar, A'isyah dan keluarganya. Dalam sebab turunnya ayat tayammum,
disebutkan bahwa A'isyahlah penyebab datangnya hukum tayammum ketika kalungnya
hilang dalam suatu perjalanan bersama Nabi dan para sahabat. Perjalanan mereka
tertunda karena harus mencari kalung A'isyah yang hilang, padahal mereka
kehabisan air. Akhirnya turunlah berkah dari Allah berupa keringanan hukum untuk
bertayammum ketika tidak mendapatkan air. Saat itu Usaid bin Hudhair mengatakan
: Berkah ini bukan untuk pertama kalinya yang disebabkan oleh kalian wahai
keluarga Abu Bakar. (Lihat Shahih Bukhari dengan Fathul Bari I/431-434).
2 - Mencari
berkah yang disyari'atkan melalui perkataan-perkatan atau perbuatan- perbuatan
atau bentuk-bentuk kegiatan yang diberkahi. Jika hal itu dilaksanakan sesuai
dengan tuntunan sunnah Nabi, maka akan diperoleh berkah dan kebaikan sesuai
dengan niat dan kesungguhan usahanya. Selama tidak ada penghalang syar'i yang
dapat menghalangi diperolehnya kebaikan tersebut. Misalnya, berdzikir kepada
Allah dan membaca al-Qur'an al-Karim. Berkah yang terkandung di dalamnya sangat
banyak. Di antaranya pahala, diampunkannya dosa-dosa, masuk sorga, terjaga dari
godaan setan dan seterusnya. Hadits tentang ini banyak sekali. Misal lain,
berjihad fi Sabilillah untuk memperoleh mati syahid. Begitu pula berkumpul untuk
makan bersama dari satu tempat dan mengawali makan dari arah tepinya. Rasulullah
bersabda:
"Berkumpulllah
kalian disekeliling makananmu dan sebutlah nama Allah untuk makan, niscaya Allah
akan memberikan berkah kepada kalian di dalamnya". (Hadits Hasan, di
hasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Abu Dawud II/717).
Jika
seseorang di antara kamu makan suatu makanan, maka janganlah memakan mulai dari
bagian atasnya, tetapi hendaknya ia makan mulai dari bagian bawahnya, karena
berkah akan turun dari bagian atasnya.
(HR. Abu
Dawud, dishahihkan al-Albani
II/719)
Jadi setiap
perkataan atau perbuatan yang diperintahkan oleh Allah atau oleh Rasulullah,
kemudian dilaksanakan oleh seorang hamba karena keimanannya kepada Allah dan
karena kepercayaannya kepada Rasulullah, dengan cara yang sessuai dengan
tuntunan, maka hamba itu akan memperoleh barakah yang banyak.9)
3 - Mencari
berkah yang disyari'atkan melalui tempat-tempat tertentu.
Mencari berkah
melalui masjid-masjid tidak dengan cara meng-elus-elus(mengusap-usap) tanahnya
atau menciumi temboknya atau nyepi dan bertapa di dalamnya, atau cara-cara
sejenisnya. Itu adalah bid'ah. Mencari berkah melalui masjid-masjid ialah dengan
cara shalat berjama'ah di dalamnya, duduk menunggu waktu shalat, menghadiri
majlis dzikir atau majlis ilmu di dalamnya dan kegiatan-kegiatan lain yang
disyari'atkan.11)
4 - Mencari
berkah yang disyari'atkan melalui waktu-waktu tertentu.
B.
Mencari berkah yang dilarang oleh syari'at.
1 - Mencari
berkah melalui pribadi-pribadi tertentu.
2 - Mencari
berkah melalui benda-benda atau tempat-tempat tertentu.
3 - Mencari
berkah melalui waktu-waktu tertentu.
KESIMPULAN
Demikianlah,
pada prinsipnya, berkah itu hanya kepunyaan Allah. Dia-lah yang memberikannya.
Sedangkan pribadi-pribadi, benda-benda, tempat-tempat serta waktu-waktu yang
dinyatakan banyak mengandung berkah oleh syari'at, tidak lain hanyalah sebab
semata bagi diperolehnya berkah. Bukan pemilik dan pemberi berkah.
Siapa yang mencari/meminta berkah kepada selain Allah, ia terjerumus ke dalam
syirik akbar. Dan siapa yang mencari berkah melalui hal-hal yang dibenarkan
menurut syari'at, tetapi dengan cara yang berlawanan dengan syari'at, ia
terjerumus dalam bid'ah. Na'udzu billah min Dzalik. Wa Nas'alullah al-'Afiyah.
-----------
[1) Lihat al-Qaul al-Mufid 'Ala Kitab at-Tauhid, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
I/191 Daar al-'Ashimah KSA cet. I 1415]
[2) Dinukil oleh Dr. Ali bin Nafayyi' al-Alyani dalam buku kecilnya at-Tabarruk
al-Masyru' wa at-Tabarruk al-Mamnu', pada sub tamhidi hal. 11, dari kitab
asy-Syirku wa Mazhahiruhu karya al-Maili hal. 99]
[3) Lihat at-Tabarruk al-Masyru' wa at-Tabarruk al-Mamnu', karya Dr. Ali bin
Nufayyi' al-'Alyani.]
[4) Lihat al-Qaul al-Mufid 'Ala Kitab at-Tauhid I/191 dengan bahasa bebas dan
dengan sedikit tambahan.]
[5) Lihat at-Tabarruk al-Masyru' wa at-Tabarruk al-Mamnu', karya Dr. Ali bin
Nufayyi' al-'Alyani hal. 17.]
[6) Buku yang sama, hal 18 dan 19.]
[7) Buku yang sama, hal. 17.]
[8) Buku yang sama, hal. 25 dst.]
[9) Lihat buku yang sama, hal 33-37.]
[10) Dalam tahqiq Khalil Ma'mun Syiha terdapat pada hadits no. 1526 juz V.
[11) Lihat lebih luas buku at-Tabarruk al-Masyru' wa at-Tabarruk al-Mamnu',
karya Dr. Ali bin Nufayyi' al-'Alyani hal. 41-42.]
[12) Lihat buku yang sama hal. 45-46.] Yang jelas mencari berkahnyapun tidak
boleh menyimpang dari ketentuan syari'at yang terkait.
[13) Lihat al-Qaul al-Mufid 'Ala Kitab at-Tauhid I/197 dan seterusnya.]
[14) Lihat Kitab yang sama, hal. 201 dan seterusnya.]
-------------
(Ditulis ulang dari majalah As Sunnah Edisi 06/VI/1423H-2002M)