di London tahun 1990-an bahwa apa yang disebut studi-studi Islam di Universitas Barat itu hanyalah mementingkan susfisme (tasawwuf). Islam dipandang sebagai sebuah sub-budaya Timur, dan dianggap seperti Kong Hucu atau Hindu, Budha. Dan yang disebut Islam di situ hanyalah sufisme (Tasawwuf). Maka tak mengherankan alumni-alumni Barat yang dikirim untuk belajar Islam kepada orang-orang kafir itu ketika pulang mereka ramai-ramai menjajakan dagangan tasawuf dan berfislafat-ria,bersuara-suara aneh yang merusak atau menginterupsi Islam, seperti orang-orang Paramadina.
Mengenai
dakwahnya Aa Gym, jelas apa yang dikernukakan Abdurrahman Al-Mukaffi boleh diuji.
Abdurrahman tidak mudah untuk disebut sebagai pengidap sakit kejiwaan. Dan jika
Abdurrahman itu benar sakit jiwa, sungguh malang nasib Tengku Zulkarnaen yang bersusah-payah menulis
buku setebal 236 halaman khusus guna membantah buku Abdurrahman Al-Mukaffi dan
membela Aa Gym. Ternyata hanya menanggapi orang yang dianggap sakit kejiwaan.
Apa tidak rugi?
Dakwah
Aa Gym itu landasannya apa? Itulah pertanyaan mendasar yang sangat penting.
Ternyata, menurut pengakuan Aa Gym sendiri, dakwahnya selama ini yang disebut
Manajemen Qalbu (MQ) itu, berlandaskan hasil, kontemplasi dan perenungannya
selama bertahun-tahun, yang dia gali dari kedalaman dirinya sendiri. Untuk lebih
jelasnya, mari kita simak kutipan berikut ini: “Seperti dikatakan Aa Gym
sendiri, dirinya memang telah bertahun-tahun berusaha untuk menemukan konsep-praktis
Manajemen Qalbu ini. Yang mungkin menarik, Aa Gym berusaha menggali konsep ini
bukan dari kekuatan diri orang lain melainkan dari kedalaman dirinya sendiri.
Proses introspeksi diri yang dilakukannya, baik bersama seluruh keluarga, santri,
dan para sahabat maupun dengan dirinya sendiri, terutama ketika berada sendirian
di keheningan malam atau saat terpojok oleh masalah-masalah duniawi terasa cukup
efektif untuk merumuskan konsepnya ini. Ternyata, setelah melewati proses
kontemplasi dan perentingan yang dalam, konsep Manajemen Qalbu menunjukkan bahwa
manusia mampu mengendalikan dirinya. (Buku Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhid,
oleh Hernowo dan Deden Ridwan. Mizan, hal 25).
Lebih jauh, Aa Gym pun menulis sendiri dengan menyatakan: "Berdasarkan Manajemen Qalbu, saya kemudian memiliki prinsip bahwa apabila seseorang hatinya bersih (dalam hal ini mampu dibuat bersih oleh diri orang itu), maka dia akan menjadi
3